Rabu, 05 Maret 2014

Bioetanol pepaya

Bioetanol pepaya

Bioethanol bisa dijadikan pengganti bahan bakar minyak. Selain hemat, pembuatannya bisa dilakukan di rumah sendiri dengan mudah. Anda pun akan mendapatkan nilai ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah. Bila sehari menggunakan minyak tanah seharga Rp 16 ribu, maka dengan bioethanol Anda bisa berhemat Rp 4 ribu. Lebih ekonomis, bukan? Pengalaman membuat dan menggunakan bioethanol ini diceritakan oleh Bambang Kisudono, warga kota Surabaya yang memanfaatkan sampah dapurnya untuk membuat dan mengembangkan bioethanol di lingkungannya. Awalnya Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Surabaya (ITS) dari kajiannya menyimpulkan bahwa bioethanol dengan kompor khusus terbukti lebih efisien ketimbang kompor kerosin. Temuan ini membuat Bambang berinisiatif melakukan pengolahan bioethanol sendiri. Sudah sekitar enam bulan, Bambang memakai bioethanol sebagai bahan bakar untuk kepentingan dapur rumah tangganya. Ia bisa berhemat sekitar Rp 4 ribu dibandingkan saat memakai bahan minyak tanah, yang seharinya mengeluarkan Rp 16 ribu. ”Untuk warga pedesaan, nilai rupiah itu bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain,” ujarnya. Perbandingan penggunaan bioethanol dan minyak tanah adalah 1:3. Artinya dengan 3 liter minyak tanah, Anda hanya membutuhkan satu liter bio-ethanol. Dengan volume 100 cc akan membuat api menyala sekitar 30-40 menit. Bambang menceritakan proses pembuatan bioethanol yang dilakukannya. Menurutnya, bahan baku bioethanol itu terbagi tiga. Bahan berpati, bahan bergula dan bahan selulosa. Bahan baku bergula, misalnya adalah tebu, nila, dan aren. Sedangkan bahan berpati, misalnya ubi kayu, sagu, jagung, biji sogun, dan kentang manis. Bahan ini umumnya dimakan oleh manusia. ”Oleh ITS disarankan pengembangan bioethanol itu tidak menggunakan bahan yang dimakan manusia. Hal itu agar tidak mengganggu ketahanan pangan nasional,” ujarnya. Untuk penggunaan bahan baku berpati, Bambang memilih singkong yang tidak dimakan manusia, yaitu singkong yang beracun. Lalu, ia pun memanfaatkan limbah sagu dan bonggol jagung. Intinya adalah, ia menghindari bahan baku yang secara langsung dimakan manusia, dan memakai limbah dari bahan makanan tersebut. ”Proses pembuatan bioethanol itu tidak lama. Paling yang agak lama adalah proses peragian yang bisa mencapai 2-3 hari,” kata Bambang. Bambang pun mulai menjelaskan langkah-langkah yang biasa ia lakukan, dalam membuat bioethanol. Singkong racun dan kulit pisang itu dihancurkannya, dan dijadikan bubur. Setelah hancur, bubur itu dicampur ragi agar menghasilkan glukosa. Proses ini akan menghasilkan bahan baku bergula. ”Nah, bahan bergula yang disebutkan tadi sebenarnya akan mempersingkat proses pembuatan bioethanol. Karena kita melewati proses penghancuran dan peragian itu,” jelasnya. Setelah mendapatkan glukosa, kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi. Caranya, kembali memberikan ragi ke dalamnya. Dari proses ini maka diperolehlah bioethanol dengan kadar alkohol rendah. ”Setelah proses ini selesai, kita bisa segera memanfaatkannya sebagai bahan bakar untuk memasak,” pungkasnya.

BIOETANOL dari PEPAYA
1.       Tujuan
-          Dapat memanfaatkan limbah buah pepaya
-          Dapat menentukan kadar etanol didalam buah pepaya
2.       Dasar teori
Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan. Pepaya termasuk kedalam kerajaan plantae, ordo barssicales, famili caricacease, genus carcica, dengan spesies C. Pepaya. Di indonesia kata pepaya berasal dari bahasa belanda ,“ papaja”, yang ada akhirnya mengambil dari bahasa Arawak, “Pepaya”. Dalam bahasa jawa pepaya di sebut “ kates” dan dalam bahasa sunda “gedang”.
Pepaya memiliki berbagai manfaat. buahnya dapat dimakan baik saat muda maupun setelah masak, daunya juga bisa di masak ataupun menjadi sayuran. Getah pepaya (dapat ditemukan di batang, daun, dan buah) mengandung enzim papain, semacam protease, yang dapat melunakkan daging dan mengubah konformasi protein lainnya. Papain telah diproduksi secara massal dan menjadi komoditas dagang. Daun pepaya juga berkhasiat obat dan perasannya digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menambah nafsu makan.
Selain itu buah pepaya yang sudah tidak layak untuk jual dapat dimanfaatkan untuk bahan bioetanol. Dimana pepaya sangat berpotensi besar karena kadar glukosa yang dimiliki pepaya matang sekitar 10%. Dan kadar ini cukup tinggi untuk dibuat etanol. Tahapannya dibagi 3 : fermentasi, destilasi dan penentuan kadar etanol. 3 tahap ini harus dilakukan secara berturut-turut. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan ragi roti dengan penambahan pupuk untuk makanan bakteri tersebut dengan perbandingan 5 % dari bahan.
3.       Metedologi praktikum
-          Alat
a.       Timbangan
b.      Gelas ukur
c.       Blender
d.      Baskom
e.      Plastik
f.        Destilator
g.       Alkoholmeter
-          Bahan
a.       Pepaya tidak layak jual
b.      Ragi roti
c.       Urea atau NPK
d.      K2CrO7
e.      Es
-          Prosedur kerja
a.       Fermentasi
1)      Pepaya dikupas lalu di blender sampai halus, dicatat berapa volume yang didapatkan.
2)      Lalu ditambahkan dengan ragi roti 5% dari volume pepaya.
3)      Ditambahkan pupuk Urea 2% dari volume pepaya.
4)      Diaduk sampai rata. Setelah itu ditutup rapih agar tidak ada oksigen yang masuk.
5)      Ditunggu hingga 48 jam sampai tidak ada buih yang menyertai fermentasi.
6)      Setelah itu hasil fermentasi diperas, diambil cairannya saja.
b.      Destilasi
1)      Hasil fermentasiyang telah diperas. Didestilasi dengan menggunakan destilator yang sidah disiapkan.
2)      Ditunggu hingga keluar cairan etanolnya.
3)      Setelah selesai diuvur volume yang didapatkan.
c.       Uji kadar etanol
Jika didapatkan 25 ml etanol hasil destilasi, uji kadar bisa dilakukan dengan menggunakan piknometer. Atau jika diatas 50 ml bisa menggunakan alkohol meter. Namun jika didapatkan kurang dari 25 ml bisa manggunakan perhitungan berat jenis. Bj = W1–W0/W2-W0
4.       Hasil pengamatan
Cairan yang didapatkan dar perasan pepaya adalah 1200 ml
Setelah fermentasi 7 hari didapatkan cairannya sebanyak 910 ml.
hasil destilasi tidak diketahui.
5.       Pembahasan
Pada percobaan kali ini, bioetanol dibuat dari bahan dasar buah-buahan yang sudah tak layak untuk dimakan. Bahan dasar yang dipakai adalah pepaya. Sari yang didapatkan pada saat fermentasi adalah 1200 ml dan setelah fermantasi adalah 910 ml. pengurangan ini terjadi karena pada saat fermentasi alkohol yang ada didalam pepaya menguap atau teroksidasi. Selain itu karena setelah hasil penyaringan fermentasi terlalu lama disimpan membuat pada saat etanol di destilasi tercium bau yang tidak mengenakan. Padahal meskipun berbau, etanol keluar dari hasil fermentasi 3ml. bau ini disebabkan adanya bakteri yang berkembang didalam hasil fermentasi. karena berbau tidak sedap ini akhirnya destilasi di hentikan dan hasil etanol yang sebenarnya dari fermentasi pepaya tidak diketahui dengan pasti.
6.       Kesimpulan
-          Didapatkan sari pepaya adalah 1200 ml
-          Hasil penyaringan fermentasi pepaya adalah 910 ml
7.       Saran
jangan menyimpan hasil fermentasi pepaya terlalu lama karena pada saaat destilasi nanti akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Setelah selesai fermentasi langsunglah untuk mendestilasinya.
8.       Daftar Pustaka
J. Microbiol. Biotech. Res, 2011., 1 (4) :158-163

Distilator Skala Kecil

Distilasi adalah proses untuk memisahkan etanol dari air setelah proses fermentasi. Prinsip kerjanya sebenarnya cukup sederhana, yaitu berdasarkan titip didih dari air dan ethanol. Seperti sudah kita ketahui kalau air akan mendidih pada suhu 100oC. Pada suhu ini air akan mendidih dan kalau dipanaskan terus akan menguap. Titik didih etanol lebih rendah daripada titik didih air, yaitu pada suhu 79oC. Perbedaan titik didih ini digunakan untuk memisahkan etanol dari air.
Alat distilator sederhanya yang saya pakai di lab seperti gambar di bawah ini.
distilatorlab


Bagian-bagian utamanya adalah
  1. Pemanas listrik
  2. erlemeyer untuk tempat cairan fermentasi
  3. colom distilator pertama
  4. colom distilator kedua
  5. selang untuk mengalirkan air pendingin
Cara mengoperasikan alat ini juga cukup mudah. Perlu latihan beberapa kali sampai mahir untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Pertama masukkan terlebih dahulu cairan fermentasi ke erlenmeyer. Lalu ditaruh di atas pemanas. Alat-alat yang lain dipasang yang benar. Setelah itu hidupkan pemanas.
Air dari kran dibuka sampai semua tabung distilator penuh oleh air. Biarkan air mengalir dengan pelan sekali.
Perhatikan suhu pada termometer, suhu di sini dijaga dengan kisaran 79 – 81oC. Menjaga suhu inilah yang paling penting. Kalau suhu naik, tambah debit air pendingin. Kalau suhu turun, kurangi debit air pendingin kalau perlu dimatikan.
Etanol yang keluar ditampung di bagian pengeluaran dengan erlenmeyer atau botol.

Proposal Adiwiyata 2014

MEMBUAT BIOETANOL DARI LIMBAH BUAH-BUAHAN

 

 

 Buah pepaya yang sudah tidak layak jual bisa dimanfaatkan untuk bahan baku bioetanol

Buah-buahan yang mengandung kadar gula tinggi merupakan bahan yang potensial untuk bahan baku bioetanol. Buah yang dipakai bukan buah yang masih bagus dan segar, tetapi buah-buah yang sudah tidak layak jual atau hampir busuk. Daripada buah-buah ini dibuang tanpa harga, akan lebih baik jika diolah menjadi bioethanol.

Potensi Buah Afkir untuk Produksi Bioetanol

Potensi buah ini lumayan besar, terutama disentra-sentra perkebunan buah. Misalnya saja di sentra buah mangga, salak, pepaya, atau nanas. Pada saat puncak musim buah, produksi sangat melimpah. Harga buah turun drastis dan banyak buah-buah afkir yang tidak layak jual.


MEMBUAT BIOETANOL DARI LIMBAH BUAH-BUAHAN


Buah pepaya yang sudah tidak layak jual bisa dimanfaatkan untuk bahan baku bioetanol
Buah-buahan yang mengandung kadar gula tinggi merupakan bahan yang potensial untuk bahan baku bioetanol. Buah yang dipakai bukan buah yang masih bagus dan segar, tetapi buah-buah yang sudah tidak layak jual atau hampir busuk. Daripada buah-buah ini dibuang tanpa harga, akan lebih baik jika diolah menjadi bioethanol.

Potensi Buah Afkir untuk Produksi Bioetanol

Potensi buah ini lumayan besar, terutama disentra-sentra perkebunan buah. Misalnya saja di sentra buah mangga, salak, pepaya, atau nanas. Pada saat puncak musim buah, produksi sangat melimpah. Harga buah turun drastis dan banyak buah-buah afkir yang tidak layak jual.

Kebun pepaya yang sangat luas di kaki gunung Seulawah

Sebagai contoh kebuh buah pepaya yang ada di kaki gunung Seulawah aceh. Ada ratusan hektar kebun pepaya. Buah-buah yang busuk luar biasa sekali jumlahnya. Saya tidak dapat informasi yang tepat produktivitas kebun ini. Setiap minggu buah pepaya dipetik oleh pedagang buah, sekali petik satu colt. Satu hektar bisa sekali atau dua kali petik.
Buah yang tidak layak jual cukup banyak. Perkiraan saya ada sekitar 5-10% buah yang tidak layak jual. Jadi jumlahnya cukup melimpah ruah, apalagi di puncak musim panen.
Kadar gula buah pepaya belum dianalisis di laboratorium, jadi blum tahu berapa kadar yang tepat. Buah pepaya yang sudah masak rasanya manis sekali. Perkiraan saya bisa sampai 10% kadar gulanya. Kadar yang cukup tinggi untuk dibuat ethanol.
Hitung-hitungan teoritis di atas kertas. Andaikan seluruh gula di dalam pepaya bisa diubah menjadi etanol, maka etanol yang bisa diproduksi sekitar 5.1%. Satu ton buah afkir, teoritisnya, bisa menghasilkan 51kg ethanol absolute. Realitasnya efisiensinya tidak pernah 100%. Mungkin hanya 85-90% yang bisa diambil. Demikian juga kadar etanolnya mungkin 60%, 80%, atau 95%. Meskipun begitu volumenya cukup besar, bisa sampai 48 liter dan nilainya bisa Rp 576.000 per ton buah afkir.
Nilai ini akan bertambah besar jika limbah bioetanolnya diolah kembali menjadi pupuk organik cair (POC).

Peralatan yang dibutuhkan

Peralatan yang dibutuhkan sangatlah sederhana dan mHiudah diperoleh di sekitar kebun. Alat-alat utana yang dipakai antara lain.
1. Mesin parut untuk menghancurkan buah. Kalau mesin parut susah didapat, bisa juga pakai manual dengan cara ditumbuk.
2. Drum atau bak untuk menampung bahan baku.
3. Drum atau bak fermentasi
4. Timbangan kecil. Bisa pakai timbangan kue.
5. Ethanol meter. Kalau alat ini perlu dibeli di kota. Biasanya ada di toko-toko yang menjual alat-alat laboratorium.
6. Distilator. Alat ini harus dipesan ke produsennya. Sesuaikan kapasitas distilator dengan kapasitas produksi ethanolnya.
7. Peralatan pendukunh lainnya, seperti: ember, gayung, parang, dan lain-lain.

Bahan-bahan

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk produksi bioethanol dari limbah buah-buahan antara lain seperti disebutksn di bawah ini.
1. Limbah buah, jelas ini adalah bahan baku utamanya.
2. Ragi roti. Bisa pakai ragi roti yang banyak dijual di toko yang menjual bahan baku kue/roti.
3. Urea dan NPK (15-15-15), untuk nutrisi tambahan ragi.

Resep Bahan

Idealnya sebelum difermentasi sari buah perlu ditest terlebih dahulu kandungan gulanya. Tetapi kalau tidak mau repot bisa dikira-kira. Resep dasarnya adalah sebagai berikut:
Ragi = 0.5% x kadar gula x volume sari buah
Urea = 0.5% x kadar gula x volume sari buah
NPK = 0.2% x kadar gula x volume sari buah
Sebagai contoh kadar gula sari buah adalah 10%, maka untuk setiap 1 drum volume 200 liter penambahan bahan-bahannya adalah:
- 100 gr Ragi
- 100 gr Urea
- 40 gr NPK

Cara Pembuatan

1. Buah dihancurkan terlebih dahulu dengan menngunakan parutan atau ditumbuk.
Menghancurkan buah pepaya dengan cara ditumbuk 2. Masukkan Urea & NPK ke dalam drum dan dicampur hingga merata.


Just buah pepaya yang siap difermentasi
3. Encerkan yeast dengan air hangat-hangat kuku, diaduk sampai muncul buihnya.
4. Masukkan ragi ke dalam sari buah dan diaduk sampai tercampir merata.

Campuran ragi roti dan NPK harus diaduk sampai tercampur merata.
6. Sari buah difermentasi minimal selama 72 jam atau 3 hari, sampai tidak muncul buihnya lagi.
Sari buah yang sedang difermentasi, khamir tampak aktif memfermentasi sari buah.
7. Sari buah diperas dan diambil airnya.

 Pemerasan
8. Air perasan ini kemudian didistilasi untuk mendapatkan ethanol.
 Proses distilasi etanol
Limbah sisa distilasi bisa diolah kembali menjadi POC (Pupuk Organik Cair). Pupuk organik yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk kebun sendiri atau dijual ke petani/pekebun lain.
***
Jangan buang buah-buah yang tidak layak jual dan sdh mulai membusuk. Buah-buah tersebut bisa diolah menjadi etanol yang nilainya lumayan besar.

 

Selasa, 04 Maret 2014

SD NEGERI 04 BIRUGO SELAMATKAN 250 KG SAMPAH

BUKITTINGGI, Humas ABTB
Setelah melalui sosialisasi beberapa waktu lalu, Sabtu ( 9/2 ) pagi di halaman Sekolah Dasar Negeri 04 Birugo dilakukan launching perdana tabungan sampah. Kegiatan ini langsung dihadiri Camat Aur Birugo Tigo Baleh ( ABTB ) Rismal Hadi,S.STP.M.Si dan direktur Bank sampah Azzam Kreatif Enzang Arman serta guru-guru sekolah setempat. Tak tanggung-tanggung meskipun sekolah ini merupakan unit bank sampah ke 5 dari 14 SD negeri dan swasta yang ada di ABTB, tapi langsung mengumpulkan 250 Kg sampah. Jumlah ini terbanyak diantara launching perdana yang telah dilakukan pada 4 sekolah sebelumnya. Itu pun baru berasal dari murid kelas 4 dan 5, beberapa orang guru dan karyawan. 
 
Dihadapan murid dan guru Rismal Hadi menyebutkan, para penabung sampah adalah pahlawan lingkungan. Jadi yang namanya pahlawan bukan hanya orang yang ikut berperang saja. Menyelamatkan lingkungan dari sampah juga pahlawan dan ini tidak bisa kita serahkan saja sepenuhnya pada petugas kebersihan. Kita semua bertanggung jawab menciptakan dan memelihara lingkungan yang bersih dan sehat terutama disekitar kita. Oleh sebab itu dengan telah dibukanya unit Bank sampah di sekolah ini, maka anak-anak tidak lagi memusuhi sampah tapi menjadikan sampah sebagai sahabat. “Kalau selama ini kita membuang segala jenis sampah ke TPS, sekarang kita lakukan pemilahan. Sampah kering berupa kertas dan plastik bisa kita bawa ke sekolah dan ditabung. “Karena sampah ternyata bisa diolah menjadi barang-barang bernilai ekonomis seperti, rak sepatu, tas, taplak meja, dompet, sandal dan banyak lagi pernak pernik lainnya yang bisa kita olah dari sampah”, ujar Rismal hadi sambil memperlihatkan aneka produk yang telah dihasilkan.
 
Kepala sekolah Hj.Artispen,S.Pd mengingatkan kepada semua murid, kegiatan menabung sampah bukan hanya untuk hari ini saja. Tapi kita jadikan budaya setiap saat untuk tidak lagi membuang sampah, kita kumpulkan dan kita tabung. “Sehingga di sekolah kita pun tidak akan kita temukan lagi sampah yang berserakan”, kata Artispen pimpinan sekolah yang memiliki 680 orang murid, 37 orang guru, 2 karyawan dan 1 Satpam ini.
Disebutkan, dengan jumlah murid yang cukup banyak, kegiatan menabung setiap hari Sabtu ini terpaksa dilakukan secara bergantian. “Begitupun proses menabung yang melibatkan murid sebagai petugas dimaksudkan sebagai edukasi bagi anak-anak. Dengan demikian mereka akan mengerti administrasi dan mengasah kemampuan matematika melalui menimbang dan berhitung”, tambah Artispen. (abtb/kominfo)
 

Minggu, 02 Maret 2014

DAFTAR NAMA TUMBUHAN “DAPUR HIDUP”



DAFTAR NAMA TUMBUHAN “DAPUR HIDUP”
SDN 04 BIRUGO KOTA BUKITTINGGI

No
Nama Tumbuhan
Nama Latin
Ket
1
Sirsak
Annona Muricata

2
Kunyit
Curcuma domestica

3
Lidah Buaya
Aloe Vera

4
Kumis Kucing
Orthosiphon Anestatus BL. Miq

5
Jahe
Zingiber  Officinale

6
Lengkuas
Alpinia Galanga

7
Sereh
Cymbopogon nardus

8
Pepaya
Carica Papaya

9
Tomat
Lycopersicon esculentum

10
Cabai
Capsicum annum

11
Cabai Rawit
Capsicum frutescens

12
Kangkung
Ipomoea aquatica

13
Rambutan
Nephelium lappaceum

14
Palem
Caryota

15
Pandan
Pandanus Amaryllifolus

16
Betadine
Cryptorchidism Kriptorkidisme

17
Terung 
Solanum melongena

18
Bunga Cocor Bebek
Bryophyllum calycinum

19
Bawang Prei
Allium porrum

20
Bayam Merah
Celosia argentea

21
Lidah Mertua
Sansevieria trifasciata

22
Strawberry
Fragaria vesca

23
Jambu Biji
Psidium guajava

24
Mangga
Mangifera indica

25
Puding Merah
Codiacum Varie Gatum

26
Kecabli
Sandoricum

27
Kencur
Kaempferia galanga

28
Tapak Liman
Elephantopus scaber

29
Sitawa Sidingin
Andrographis Paniculata

30
Kacang
Vigna mungo



Bukittinggi,   
Kepala SDN 04 Birugo



Hj. ARTISPEN, S.Pd.
NIP 19620401 198303 2 001


No
Nama Tumbuhan
Nama Latin
Ket

Bunga Gelombang Cinta
Anthurium Jenmanii Engler


Lidah Mertua
Sansevieria Trifasciata


Palem
Arecaceae


Bougenville
Bougenvilia Spectabilis


Bunga Nenas
Bromeliaceae


Bambu Kuning
Phyllostachys Sulphurea


Bunga Paku
Pteridophyta


Kuping Gajah
Anthurium Crystallinum


Sri Rejeki
Aglaonema


Bunga Kipas



Bunga Tahi Ayam
Lantana tamara


Cocor Bebek
Calanchoe pinnata


Lidah Buaya
Aloe Vera


Keladi Batik
Caladium hortulanum


Bunga Dahlia
Dahlia Pinata


Pucuk Merah
Syzygium oleina


Stroberi
Fragaria vesca


Jambu Air
Syzygium Aqueum


Alpukat
Persea Americana


Mangga
Mangifera Indica


Markisa
Passiflora Quadrangularis


Mengkudu
Morinda citrifolia


Jeruk Nipis
Citrus Aurantifolia


Jambu Biji
Psidium guajava


Jambu Jambak/Jambu Bol
Syzygium malasccense


Wali Songo
Schefflera actinophylla


Enceng Gondok
Eichornia crassipes


Mahkota Dewa
Phaleria Papuana


Sirsak
Annona Muricata


Kunyit
Curcuma domestica


Lidah Buaya
Aloe Vera


Kumis Kucing
Orthosiphon Anestatus BL. Miq


Jahe
Zingiber  Officinale


Lengkuas
Alpinia Galanga


Sereh
Cymbopogon nardus


Pepaya
Carica Papaya


Tomat
Lycopersicon esculentum


Cabai
Capsicum annum


Cabai Rawit
Capsicum frutescens


Kangkung
Ipomoea aquatica


Rambutan
Nephelium lappaceum


Palem
Caryota


Pandan
Pandanus Amaryllifolus


Betadine
Cryptorchidism Kriptorkidisme


Terung 
Solanum melongena


Bunga Cocor Bebek
Bryophyllum calycinum


Bawang Prei
Allium porrum


Bayam Merah
Celosia argentea


Lidah Mertua
Sansevieria trifasciata


Strawberry
Fragaria vesca


Jambu Biji
Psidium guajava


Mangga
Mangifera indica


Puding Merah
Codiacum Varie Gatum


Kecabli
Sandoricum


Kencur
Kaempferia galanga


Tapak Liman
Elephantopus scaber


Sitawa Sidingin
Andrographis Paniculata


Kacang
Vigna mungo