Kamis, 06 Maret 2014
Rabu, 05 Maret 2014
Bioetanol pepaya
Bioetanol pepaya
Bioethanol bisa
dijadikan pengganti bahan bakar minyak. Selain hemat, pembuatannya bisa
dilakukan di rumah sendiri dengan mudah. Anda pun akan mendapatkan
nilai ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah. Bila sehari
menggunakan minyak tanah seharga Rp 16 ribu, maka dengan bioethanol Anda
bisa berhemat Rp 4 ribu. Lebih ekonomis, bukan? Pengalaman membuat dan
menggunakan bioethanol ini diceritakan oleh Bambang Kisudono, warga kota
Surabaya yang memanfaatkan sampah dapurnya untuk membuat dan
mengembangkan bioethanol di lingkungannya. Awalnya Lembaga Penelitian
dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Surabaya (ITS)
dari kajiannya menyimpulkan bahwa bioethanol dengan kompor khusus
terbukti lebih efisien ketimbang kompor kerosin. Temuan ini membuat
Bambang berinisiatif melakukan pengolahan bioethanol sendiri. Sudah
sekitar enam bulan, Bambang memakai bioethanol sebagai bahan bakar untuk
kepentingan dapur rumah tangganya. Ia bisa berhemat sekitar Rp 4 ribu
dibandingkan saat memakai bahan minyak tanah, yang seharinya
mengeluarkan Rp 16 ribu. ”Untuk warga pedesaan, nilai rupiah itu bisa
dimanfaatkan untuk keperluan lain,” ujarnya. Perbandingan penggunaan
bioethanol dan minyak tanah adalah 1:3. Artinya dengan 3 liter minyak
tanah, Anda hanya membutuhkan satu liter bio-ethanol. Dengan volume 100
cc akan membuat api menyala sekitar 30-40 menit. Bambang menceritakan
proses pembuatan bioethanol yang dilakukannya. Menurutnya, bahan baku
bioethanol itu terbagi tiga. Bahan berpati, bahan bergula dan bahan
selulosa. Bahan baku bergula, misalnya adalah tebu, nila, dan aren.
Sedangkan bahan berpati, misalnya ubi kayu, sagu, jagung, biji sogun,
dan kentang manis. Bahan ini umumnya dimakan oleh manusia. ”Oleh ITS
disarankan pengembangan bioethanol itu tidak menggunakan bahan yang
dimakan manusia. Hal itu agar tidak mengganggu ketahanan pangan
nasional,” ujarnya. Untuk penggunaan bahan baku berpati, Bambang memilih
singkong yang tidak dimakan manusia, yaitu singkong yang beracun. Lalu,
ia pun memanfaatkan limbah sagu dan bonggol jagung. Intinya adalah, ia
menghindari bahan baku yang secara langsung dimakan manusia, dan memakai
limbah dari bahan makanan tersebut. ”Proses pembuatan bioethanol itu
tidak lama. Paling yang agak lama adalah proses peragian yang bisa
mencapai 2-3 hari,” kata Bambang. Bambang pun mulai menjelaskan
langkah-langkah yang biasa ia lakukan, dalam membuat bioethanol.
Singkong racun dan kulit pisang itu dihancurkannya, dan dijadikan bubur.
Setelah hancur, bubur itu dicampur ragi agar menghasilkan glukosa.
Proses ini akan menghasilkan bahan baku bergula. ”Nah, bahan bergula
yang disebutkan tadi sebenarnya akan mempersingkat proses pembuatan
bioethanol. Karena kita melewati proses penghancuran dan peragian itu,”
jelasnya. Setelah mendapatkan glukosa, kemudian dilanjutkan dengan
proses fermentasi. Caranya, kembali memberikan ragi ke dalamnya. Dari
proses ini maka diperolehlah bioethanol dengan kadar alkohol rendah.
”Setelah proses ini selesai, kita bisa segera memanfaatkannya sebagai
bahan bakar untuk memasak,” pungkasnya.
BIOETANOL dari PEPAYA
BIOETANOL dari PEPAYA
1. Tujuan
-
Dapat memanfaatkan limbah buah pepaya
-
Dapat menentukan kadar etanol didalam buah
pepaya
2. Dasar teori
Pepaya (Carica
papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan
dan bagian utara dari Amerika Selatan. Pepaya termasuk kedalam kerajaan
plantae, ordo barssicales, famili caricacease, genus carcica, dengan spesies C.
Pepaya. Di indonesia kata pepaya berasal dari bahasa belanda ,“ papaja”, yang
ada akhirnya mengambil dari bahasa Arawak, “Pepaya”. Dalam bahasa jawa pepaya
di sebut “ kates” dan dalam bahasa sunda “gedang”.
Pepaya memiliki
berbagai manfaat. buahnya dapat dimakan baik saat muda maupun setelah masak,
daunya juga bisa di masak ataupun menjadi sayuran. Getah pepaya (dapat
ditemukan di batang, daun, dan buah) mengandung enzim papain, semacam protease,
yang dapat melunakkan daging dan mengubah konformasi protein lainnya. Papain
telah diproduksi secara massal dan menjadi komoditas dagang. Daun pepaya juga
berkhasiat obat dan perasannya digunakan dalam pengobatan tradisional untuk
menambah nafsu makan.
Selain itu buah
pepaya yang sudah tidak layak untuk jual dapat dimanfaatkan untuk bahan
bioetanol. Dimana pepaya sangat berpotensi besar karena kadar glukosa yang
dimiliki pepaya matang sekitar 10%. Dan kadar ini cukup tinggi untuk dibuat
etanol. Tahapannya dibagi 3 : fermentasi, destilasi dan penentuan kadar etanol.
3 tahap ini harus dilakukan secara berturut-turut. Fermentasi dilakukan dengan
menggunakan ragi roti dengan penambahan pupuk untuk makanan bakteri tersebut
dengan perbandingan 5 % dari bahan.
3. Metedologi praktikum
-
Alat
a.
Timbangan
b.
Gelas ukur
c.
Blender
d.
Baskom
e.
Plastik
f.
Destilator
g.
Alkoholmeter
-
Bahan
a.
Pepaya tidak layak jual
b.
Ragi roti
c.
Urea atau NPK
d.
K2CrO7
e.
Es
-
Prosedur kerja
a.
Fermentasi
1)
Pepaya dikupas lalu di blender sampai halus,
dicatat berapa volume yang didapatkan.
2)
Lalu ditambahkan dengan ragi roti 5% dari volume
pepaya.
3)
Ditambahkan pupuk Urea 2% dari volume pepaya.
4)
Diaduk sampai rata. Setelah itu ditutup rapih
agar tidak ada oksigen yang masuk.
5)
Ditunggu hingga 48 jam sampai tidak ada buih
yang menyertai fermentasi.
6)
Setelah itu hasil fermentasi diperas, diambil
cairannya saja.
b.
Destilasi
1)
Hasil fermentasiyang telah diperas. Didestilasi
dengan menggunakan destilator yang sidah disiapkan.
2)
Ditunggu hingga keluar cairan etanolnya.
3)
Setelah selesai diuvur volume yang didapatkan.
c.
Uji kadar etanol
Jika didapatkan 25 ml etanol hasil destilasi, uji kadar bisa dilakukan
dengan menggunakan piknometer. Atau jika diatas 50 ml bisa menggunakan alkohol
meter. Namun jika didapatkan kurang dari 25 ml bisa manggunakan perhitungan
berat jenis. Bj = W1–W0/W2-W0
4. Hasil pengamatan
Cairan yang didapatkan dar perasan pepaya
adalah 1200 ml
Setelah fermentasi 7 hari didapatkan
cairannya sebanyak 910 ml.
hasil destilasi tidak diketahui.
5. Pembahasan
Pada percobaan
kali ini, bioetanol dibuat dari bahan dasar buah-buahan yang sudah tak layak
untuk dimakan. Bahan dasar yang dipakai adalah pepaya. Sari yang didapatkan pada
saat fermentasi adalah 1200 ml dan setelah fermantasi adalah 910 ml.
pengurangan ini terjadi karena pada saat fermentasi alkohol yang ada didalam
pepaya menguap atau teroksidasi. Selain itu karena setelah hasil penyaringan
fermentasi terlalu lama disimpan membuat pada saat etanol di destilasi tercium
bau yang tidak mengenakan. Padahal meskipun berbau, etanol keluar dari hasil
fermentasi 3ml. bau ini disebabkan adanya bakteri yang berkembang didalam hasil
fermentasi. karena berbau tidak sedap ini akhirnya destilasi di hentikan dan
hasil etanol yang sebenarnya dari fermentasi pepaya tidak diketahui dengan
pasti.
6. Kesimpulan
-
Didapatkan sari pepaya adalah 1200 ml
-
Hasil penyaringan fermentasi pepaya adalah 910
ml
7. Saran
jangan menyimpan hasil fermentasi
pepaya terlalu lama karena pada saaat destilasi nanti akan menimbulkan bau yang
tidak sedap. Setelah selesai fermentasi langsunglah untuk mendestilasinya.
8. Daftar Pustaka
J. Microbiol. Biotech. Res, 2011., 1 (4) :158-163
Distilator Skala Kecil
Distilasi adalah proses untuk memisahkan etanol dari air setelah
proses fermentasi. Prinsip kerjanya sebenarnya cukup sederhana, yaitu
berdasarkan titip didih dari air dan ethanol. Seperti sudah kita ketahui
kalau air akan mendidih pada suhu 100oC. Pada suhu ini air akan
mendidih dan kalau dipanaskan terus akan menguap. Titik didih etanol
lebih rendah daripada titik didih air, yaitu pada suhu 79oC. Perbedaan
titik didih ini digunakan untuk memisahkan etanol dari air.
Alat distilator sederhanya yang saya pakai di lab seperti gambar di bawah ini.

Bagian-bagian utamanya adalah
Pertama masukkan terlebih dahulu cairan fermentasi ke erlenmeyer. Lalu ditaruh di atas pemanas. Alat-alat yang lain dipasang yang benar. Setelah itu hidupkan pemanas.
Air dari kran dibuka sampai semua tabung distilator penuh oleh air. Biarkan air mengalir dengan pelan sekali.
Perhatikan suhu pada termometer, suhu di sini dijaga dengan kisaran 79 – 81oC. Menjaga suhu inilah yang paling penting. Kalau suhu naik, tambah debit air pendingin. Kalau suhu turun, kurangi debit air pendingin kalau perlu dimatikan.
Etanol yang keluar ditampung di bagian pengeluaran dengan erlenmeyer atau botol.
Alat distilator sederhanya yang saya pakai di lab seperti gambar di bawah ini.

Bagian-bagian utamanya adalah
- Pemanas listrik
- erlemeyer untuk tempat cairan fermentasi
- colom distilator pertama
- colom distilator kedua
- selang untuk mengalirkan air pendingin
Pertama masukkan terlebih dahulu cairan fermentasi ke erlenmeyer. Lalu ditaruh di atas pemanas. Alat-alat yang lain dipasang yang benar. Setelah itu hidupkan pemanas.
Air dari kran dibuka sampai semua tabung distilator penuh oleh air. Biarkan air mengalir dengan pelan sekali.
Perhatikan suhu pada termometer, suhu di sini dijaga dengan kisaran 79 – 81oC. Menjaga suhu inilah yang paling penting. Kalau suhu naik, tambah debit air pendingin. Kalau suhu turun, kurangi debit air pendingin kalau perlu dimatikan.
Etanol yang keluar ditampung di bagian pengeluaran dengan erlenmeyer atau botol.
Proposal Adiwiyata 2014
MEMBUAT BIOETANOL DARI LIMBAH BUAH-BUAHAN
Buah pepaya yang sudah tidak layak jual bisa dimanfaatkan untuk bahan baku bioetanol
Buah-buahan yang mengandung kadar gula tinggi merupakan bahan yang potensial untuk bahan baku bioetanol. Buah yang dipakai bukan buah yang masih bagus dan segar, tetapi buah-buah yang sudah tidak layak jual atau hampir busuk. Daripada buah-buah ini dibuang tanpa harga, akan lebih baik jika diolah menjadi bioethanol.Potensi Buah Afkir untuk Produksi Bioetanol
Potensi buah ini lumayan besar, terutama disentra-sentra perkebunan buah. Misalnya saja di sentra buah mangga, salak, pepaya, atau nanas. Pada saat puncak musim buah, produksi sangat melimpah. Harga buah turun drastis dan banyak buah-buah afkir yang tidak layak jual.MEMBUAT BIOETANOL DARI LIMBAH BUAH-BUAHAN

Buah pepaya yang sudah tidak layak jual bisa dimanfaatkan untuk bahan baku bioetanol
Buah-buahan yang mengandung kadar gula tinggi merupakan bahan yang potensial untuk bahan baku bioetanol. Buah yang dipakai bukan buah yang masih bagus dan segar, tetapi buah-buah yang sudah tidak layak jual atau hampir busuk. Daripada buah-buah ini dibuang tanpa harga, akan lebih baik jika diolah menjadi bioethanol.
Potensi Buah Afkir untuk Produksi Bioetanol
Potensi buah ini lumayan besar, terutama disentra-sentra perkebunan buah. Misalnya saja di sentra buah mangga, salak, pepaya, atau nanas. Pada saat puncak musim buah, produksi sangat melimpah. Harga buah turun drastis dan banyak buah-buah afkir yang tidak layak jual.
Kebun pepaya yang sangat luas di kaki gunung Seulawah
Sebagai contoh kebuh buah pepaya yang ada di kaki gunung Seulawah aceh. Ada ratusan hektar kebun pepaya. Buah-buah yang busuk luar biasa sekali jumlahnya. Saya tidak dapat informasi yang tepat produktivitas kebun ini. Setiap minggu buah pepaya dipetik oleh pedagang buah, sekali petik satu colt. Satu hektar bisa sekali atau dua kali petik.
Buah yang tidak layak jual cukup banyak. Perkiraan saya ada sekitar 5-10% buah yang tidak layak jual. Jadi jumlahnya cukup melimpah ruah, apalagi di puncak musim panen.
Kadar gula buah pepaya belum dianalisis di laboratorium, jadi blum tahu berapa kadar yang tepat. Buah pepaya yang sudah masak rasanya manis sekali. Perkiraan saya bisa sampai 10% kadar gulanya. Kadar yang cukup tinggi untuk dibuat ethanol.
Hitung-hitungan teoritis di atas kertas. Andaikan seluruh gula di dalam pepaya bisa diubah menjadi etanol, maka etanol yang bisa diproduksi sekitar 5.1%. Satu ton buah afkir, teoritisnya, bisa menghasilkan 51kg ethanol absolute. Realitasnya efisiensinya tidak pernah 100%. Mungkin hanya 85-90% yang bisa diambil. Demikian juga kadar etanolnya mungkin 60%, 80%, atau 95%. Meskipun begitu volumenya cukup besar, bisa sampai 48 liter dan nilainya bisa Rp 576.000 per ton buah afkir.
Nilai ini akan bertambah besar jika limbah bioetanolnya diolah kembali menjadi pupuk organik cair (POC).
Peralatan yang dibutuhkan
Peralatan yang dibutuhkan sangatlah sederhana dan mHiudah diperoleh di sekitar kebun. Alat-alat utana yang dipakai antara lain.1. Mesin parut untuk menghancurkan buah. Kalau mesin parut susah didapat, bisa juga pakai manual dengan cara ditumbuk.
2. Drum atau bak untuk menampung bahan baku.
3. Drum atau bak fermentasi
4. Timbangan kecil. Bisa pakai timbangan kue.
5. Ethanol meter. Kalau alat ini perlu dibeli di kota. Biasanya ada di toko-toko yang menjual alat-alat laboratorium.
6. Distilator. Alat ini harus dipesan ke produsennya. Sesuaikan kapasitas distilator dengan kapasitas produksi ethanolnya.
7. Peralatan pendukunh lainnya, seperti: ember, gayung, parang, dan lain-lain.
Bahan-bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk produksi bioethanol dari limbah buah-buahan antara lain seperti disebutksn di bawah ini.1. Limbah buah, jelas ini adalah bahan baku utamanya.
2. Ragi roti. Bisa pakai ragi roti yang banyak dijual di toko yang menjual bahan baku kue/roti.
3. Urea dan NPK (15-15-15), untuk nutrisi tambahan ragi.
Resep Bahan
Idealnya sebelum difermentasi sari buah perlu ditest terlebih dahulu kandungan gulanya. Tetapi kalau tidak mau repot bisa dikira-kira. Resep dasarnya adalah sebagai berikut:Ragi = 0.5% x kadar gula x volume sari buah
Urea = 0.5% x kadar gula x volume sari buah
NPK = 0.2% x kadar gula x volume sari buah
Sebagai contoh kadar gula sari buah adalah 10%, maka untuk setiap 1 drum volume 200 liter penambahan bahan-bahannya adalah:
- 100 gr Ragi
- 100 gr Urea
- 40 gr NPK
Cara Pembuatan
1. Buah dihancurkan terlebih dahulu dengan menngunakan parutan atau ditumbuk.Menghancurkan buah pepaya dengan cara ditumbuk 2. Masukkan Urea & NPK ke dalam drum dan dicampur hingga merata.
Just buah pepaya yang siap difermentasi
3. Encerkan yeast dengan air hangat-hangat kuku, diaduk sampai muncul buihnya.4. Masukkan ragi ke dalam sari buah dan diaduk sampai tercampir merata.
Campuran ragi roti dan NPK harus diaduk sampai tercampur merata.
6. Sari buah difermentasi minimal selama 72 jam atau 3 hari, sampai tidak muncul buihnya lagi.Sari buah yang sedang difermentasi, khamir tampak aktif memfermentasi sari buah.
7. Sari buah diperas dan diambil airnya.
Pemerasan
8. Air perasan ini kemudian didistilasi untuk mendapatkan ethanol.
Proses distilasi etanol
Limbah sisa distilasi bisa diolah kembali menjadi POC (Pupuk Organik Cair). Pupuk organik yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk kebun sendiri atau dijual ke petani/pekebun lain.***
Jangan buang buah-buah yang tidak layak jual dan sdh mulai membusuk. Buah-buah tersebut bisa diolah menjadi etanol yang nilainya lumayan besar.
Selasa, 04 Maret 2014
SD NEGERI 04 BIRUGO SELAMATKAN 250 KG SAMPAH
BUKITTINGGI, Humas ABTB
Setelah melalui sosialisasi beberapa
waktu lalu, Sabtu ( 9/2 ) pagi di halaman Sekolah Dasar Negeri 04 Birugo
dilakukan launching perdana tabungan sampah. Kegiatan ini langsung
dihadiri Camat Aur Birugo Tigo Baleh ( ABTB ) Rismal Hadi,S.STP.M.Si
dan direktur Bank sampah Azzam Kreatif Enzang Arman serta guru-guru
sekolah setempat. Tak tanggung-tanggung meskipun sekolah ini merupakan
unit bank sampah ke 5 dari 14 SD negeri dan swasta yang ada di ABTB,
tapi langsung mengumpulkan 250 Kg sampah. Jumlah ini terbanyak diantara
launching perdana yang telah dilakukan pada 4 sekolah sebelumnya. Itu
pun baru berasal dari murid kelas 4 dan 5, beberapa orang guru dan
karyawan.
Dihadapan murid dan guru Rismal Hadi
menyebutkan, para penabung sampah adalah pahlawan lingkungan. Jadi yang
namanya pahlawan bukan hanya orang yang ikut berperang saja.
Menyelamatkan lingkungan dari sampah juga pahlawan dan ini tidak bisa
kita serahkan saja sepenuhnya pada petugas kebersihan. Kita semua
bertanggung jawab menciptakan dan memelihara lingkungan yang bersih dan
sehat terutama disekitar kita. Oleh sebab itu dengan telah dibukanya
unit Bank sampah di sekolah ini, maka anak-anak tidak lagi memusuhi
sampah tapi menjadikan sampah sebagai sahabat. “Kalau selama ini kita
membuang segala jenis sampah ke TPS, sekarang kita lakukan pemilahan.
Sampah kering berupa kertas dan plastik bisa kita bawa ke sekolah dan
ditabung. “Karena sampah ternyata bisa diolah menjadi barang-barang
bernilai ekonomis seperti, rak sepatu, tas, taplak meja, dompet, sandal
dan banyak lagi pernak pernik lainnya yang bisa kita olah dari sampah”,
ujar Rismal hadi sambil memperlihatkan aneka produk yang telah
dihasilkan.
Kepala sekolah Hj.Artispen,S.Pd
mengingatkan kepada semua murid, kegiatan menabung sampah bukan hanya
untuk hari ini saja. Tapi kita jadikan budaya setiap saat untuk tidak
lagi membuang sampah, kita kumpulkan dan kita tabung. “Sehingga di
sekolah kita pun tidak akan kita temukan lagi sampah yang berserakan”,
kata Artispen pimpinan sekolah yang memiliki 680 orang murid, 37 orang
guru, 2 karyawan dan 1 Satpam ini.
Disebutkan, dengan jumlah murid yang cukup banyak, kegiatan menabung setiap hari Sabtu ini terpaksa dilakukan secara bergantian. “Begitupun proses menabung yang melibatkan murid sebagai petugas dimaksudkan sebagai edukasi bagi anak-anak. Dengan demikian mereka akan mengerti administrasi dan mengasah kemampuan matematika melalui menimbang dan berhitung”, tambah Artispen. (abtb/kominfo)
Disebutkan, dengan jumlah murid yang cukup banyak, kegiatan menabung setiap hari Sabtu ini terpaksa dilakukan secara bergantian. “Begitupun proses menabung yang melibatkan murid sebagai petugas dimaksudkan sebagai edukasi bagi anak-anak. Dengan demikian mereka akan mengerti administrasi dan mengasah kemampuan matematika melalui menimbang dan berhitung”, tambah Artispen. (abtb/kominfo)
Minggu, 02 Maret 2014
DAFTAR NAMA TUMBUHAN “DAPUR HIDUP”
DAFTAR NAMA
TUMBUHAN “DAPUR HIDUP”
SDN 04 BIRUGO
KOTA BUKITTINGGI
No
|
Nama Tumbuhan
|
Nama
Latin
|
Ket
|
1
|
Sirsak
|
Annona Muricata
|
|
2
|
Kunyit
|
Curcuma domestica
|
|
3
|
Lidah Buaya
|
Aloe Vera
|
|
4
|
Kumis Kucing
|
Orthosiphon Anestatus BL. Miq
|
|
5
|
Jahe
|
Zingiber Officinale
|
|
6
|
Lengkuas
|
Alpinia Galanga
|
|
7
|
Sereh
|
Cymbopogon nardus
|
|
8
|
Pepaya
|
Carica Papaya
|
|
9
|
Tomat
|
Lycopersicon esculentum
|
|
10
|
Cabai
|
Capsicum annum
|
|
11
|
Cabai Rawit
|
Capsicum frutescens
|
|
12
|
Kangkung
|
Ipomoea aquatica
|
|
13
|
Rambutan
|
Nephelium lappaceum
|
|
14
|
Palem
|
Caryota
|
|
15
|
Pandan
|
Pandanus Amaryllifolus
|
|
16
|
Betadine
|
Cryptorchidism
Kriptorkidisme
|
|
17
|
Terung
|
Solanum melongena
|
|
18
|
Bunga Cocor Bebek
|
Bryophyllum calycinum
|
|
19
|
Bawang Prei
|
Allium porrum
|
|
20
|
Bayam Merah
|
Celosia argentea
|
|
21
|
Lidah Mertua
|
Sansevieria trifasciata
|
|
22
|
Strawberry
|
Fragaria vesca
|
|
23
|
Jambu Biji
|
Psidium guajava
|
|
24
|
Mangga
|
Mangifera indica
|
|
25
|
Puding Merah
|
Codiacum Varie Gatum
|
|
26
|
Kecabli
|
Sandoricum
|
|
27
|
Kencur
|
Kaempferia galanga
|
|
28
|
Tapak Liman
|
Elephantopus scaber
|
|
29
|
Sitawa Sidingin
|
Andrographis Paniculata
|
|
30
|
Kacang
|
Vigna mungo
|
Bukittinggi,
Kepala
SDN 04 Birugo
Hj.
ARTISPEN, S.Pd.
NIP
19620401 198303 2 001
No
|
Nama Tumbuhan
|
Nama
Latin
|
Ket
|
Bunga Gelombang Cinta
|
Anthurium Jenmanii Engler
|
||
Lidah Mertua
|
Sansevieria Trifasciata
|
||
Palem
|
Arecaceae
|
||
Bougenville
|
Bougenvilia Spectabilis
|
||
Bunga Nenas
|
Bromeliaceae
|
||
Bambu Kuning
|
Phyllostachys
Sulphurea
|
||
Bunga Paku
|
Pteridophyta
|
||
Kuping Gajah
|
Anthurium Crystallinum
|
||
Sri Rejeki
|
Aglaonema
|
||
Bunga Kipas
|
|||
Bunga Tahi
Ayam
|
Lantana
tamara
|
||
Cocor Bebek
|
Calanchoe pinnata
|
||
Lidah Buaya
|
Aloe Vera
|
||
Keladi Batik
|
Caladium hortulanum
|
||
Bunga Dahlia
|
Dahlia Pinata
|
||
Pucuk Merah
|
Syzygium
oleina
|
||
Stroberi
|
Fragaria vesca
|
||
Jambu Air
|
Syzygium Aqueum
|
||
Alpukat
|
Persea Americana
|
||
Mangga
|
Mangifera Indica
|
||
Markisa
|
Passiflora
Quadrangularis
|
||
Mengkudu
|
Morinda citrifolia
|
||
Jeruk Nipis
|
Citrus
Aurantifolia
|
||
Jambu Biji
|
Psidium
guajava
|
||
Jambu Jambak/Jambu Bol
|
Syzygium malasccense
|
||
Wali Songo
|
Schefflera
actinophylla
|
||
Enceng Gondok
|
Eichornia
crassipes
|
||
Mahkota Dewa
|
Phaleria Papuana
|
||
Sirsak
|
Annona Muricata
|
||
Kunyit
|
Curcuma domestica
|
||
Lidah Buaya
|
Aloe Vera
|
||
Kumis Kucing
|
Orthosiphon Anestatus BL. Miq
|
||
Jahe
|
Zingiber Officinale
|
||
Lengkuas
|
Alpinia Galanga
|
||
Sereh
|
Cymbopogon nardus
|
||
Pepaya
|
Carica Papaya
|
||
Tomat
|
Lycopersicon esculentum
|
||
Cabai
|
Capsicum annum
|
||
Cabai Rawit
|
Capsicum frutescens
|
||
Kangkung
|
Ipomoea aquatica
|
||
Rambutan
|
Nephelium lappaceum
|
||
Palem
|
Caryota
|
||
Pandan
|
Pandanus Amaryllifolus
|
||
Betadine
|
Cryptorchidism
Kriptorkidisme
|
||
Terung
|
Solanum melongena
|
||
Bunga Cocor Bebek
|
Bryophyllum calycinum
|
||
Bawang Prei
|
Allium porrum
|
||
Bayam Merah
|
Celosia argentea
|
||
Lidah Mertua
|
Sansevieria trifasciata
|
||
Strawberry
|
Fragaria vesca
|
||
Jambu Biji
|
Psidium guajava
|
||
Mangga
|
Mangifera indica
|
||
Puding Merah
|
Codiacum Varie Gatum
|
||
Kecabli
|
Sandoricum
|
||
Kencur
|
Kaempferia galanga
|
||
Tapak Liman
|
Elephantopus scaber
|
||
Sitawa Sidingin
|
Andrographis Paniculata
|
||
Kacang
|
Vigna mungo
|
Langganan:
Postingan (Atom)