Bahan bakar etanol di Brasil
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
6 contoh mobil di Brasil yang berbahan bakar fleksibel dari beberapa pabrikan mobil. Mobil ini dapat menggunakan campuran etanol dan bensin.
Brasil dianggap sebagai negara yang pertama kali memberlakukan ekonomi bahan bakar bio secara berkelanjutan serta dianggap juga sebagai pemimpin industri bahan bakar bio.[3][4][5][6] Negara ini dijadikan model bagi beberapa negara lain, dan etanol dari gula yang dihasilkan negara ini merupakan model bahan bakar alternatif paling sukses sampai saat ini.[7] Hanya, beberapa penulis menganggap bahwa suksesnya etanol di Brasil itu disebabkan karena teknologi pertaniannya yang maju, disertai dengan luas lahan yang besar, sehingga program yang ada di Brasil ini hanya cocok dipraktekkan di beberapa negara tropis di Amerika Latin, Karibia, dan Afrika[8][9][10]
Saat ini, tidak ada lagi kendaraan kecil di Brasil yang hanya menggunakan bahan bakar bensin saja. Sejak tahun 1976, pemerintah mewajibkan semua mobil di Brasil harus bisa menggunakan bahan bakar campuran etanol dengan bensin, yang besarannya beragam, mulai dari 10% sampai 22%.[15] Mobil-mobil dengan mesin bensin biasa harus dikonfigurasi kembali, tapi hanya minor saja. Tahun 1993, pemerintah mewajibkan campuran etanol dalam bahan bakar dinaikkan menjadi 22% (E22). Pada tahun 2003, batasan ini ditetapkan menjadi minimum 20% dan maksimumm 25%. [16] Sejak tanggal 1 Juli 2007, peraturannya diubah lagi menjadi 25% etanol dan 75% bensin.[17] Kemudian, pada bulan April 2011, batasan bawahnya diubah menjadi 18%, disebabkan karena jumlah persediaan etanol berkurang dan harganya tinggi.[18]
Industri mobil di Brasil mengembangkan kendaraan bahan bakar fleksibel yang dapat menggunakan campuran etanol beragam, antara 20-25% (E20-25) sampai yang memakai bahan bakar etanol saja (E100).[19] Mulai diperkenalkan pada tahun 2003, kendaraan berbahan bakar fleksibel ini laris di pasaran.[20] Pada tahun 2009, mobil berbahan bakar fleksibel mencatatkan pangsa pasar 92.3% dari seluruh penjualan mobil dan truk kecil baru.[21]
Daftar isi
Sejarah
Sejarah evolusi campuran bahan bakar etanol yang digunakan di Brasil (1976–2010) |
|||||
---|---|---|---|---|---|
Tahun | Campuran etanol |
Tahun | Campuran etanol |
Tahun | Campuran etanol |
1931 | 1989 | 2004 | |||
1976 | 1992 | 2005 | |||
1977 | 1993-98 | 2006 | |||
1978 | 1999 | 2007[15][17] | |||
1981 | 2000 | 2008[17] | |||
1982 | 2001 | 2009 | |||
1984-86 | 2002 | 2010 | |||
1987-88 | 2003 | 2011 | |||
Sumber: J.A. Puerto Rica (2007), Table 3.8, pp. 81–82[15] Catatan: Pengurangan dari E25 menjadi E20 di tahun 2010 hanya berlangsung sementara saja antara bulan Februari dan April.[22] Di bulan April 2011, batas campuran bawah diturunkan menjadi E18.[18] |
Setelah melalui berbagai rangkaian uji coba dengan berbagai rangkaian prototipe yang dikembangkan oleh perusahaan otomotif lokal, ditambah lagi dengan adanya Krisis energi 1989, akhirnya Fiat 147 diluncurkan ke pasar pada bulan Juli 1979. Fiat 147 merupakan mobil yang sepenuhnya menggunakan bahan bakar etanol (E100).[27] Pemerintah Brasil sendiri menjanjikan 3 kemudahan pada industri etanol: pemerintah menjamin akan membeli etanol yang dihasilkan melalui perusahaan minyak negara Petrobras, pinjaman dengan bunga rendah untuk perusahaan-perusahaan yang bekerja di bidang industri etanol, serta menentukan harga bensin dan etanol yang dijual. Etanol dijual hanya seharga 59% dari harga bensin yang dijual di pom bensin. Produksi etanol yang disubsidi, ditambah dengan harganya yang murah menjadikan etanol muncul sebagai bahan bakar alternatif di negeri itu. [32]
Setelah menembus penjualan lebih dari 4 juta unit mobil dan truk ringan (sama dengan sepertiga dari total kendaraan di negara itu) yang hanya menggunakan bahan bakar etanol saja di akhir 1980-an,[33] tiba-tiba produksi etanol dan penjualan mobil berbahan bakar etanol murni ini jatuh drastis karena beberapa hal. Pertama, harga minyak dunia turun tajam sehingga harga bensin di negeri itu pun turun, tapi yang utama adalah karena pasokan bahan bakar etanol yang berkurang di negara itu, sehingga memaksa orang-orang mengantri di pom bensin selama berjam-jam atau meletakkan saja mobil-mobil etanol mereka di dalam garasi dengan tangki kosong, di pertengahan tahun 1989.[28][33] Karena pasokan etanol tidak dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri, maka pemerintah Brasil mulai mengimpor etanol tahun 1991.[11][19]
VW Gol 1.6 Total Flex 2003 merupakan mobil pertama yang berbahan bakar fleksibel yang bisa berjalan dengan campuran bensin dengan etanol.
Persentase penjualan mobil berbahan bakar fleksibel di Brasil adalah 22% dari total penjualan pada tahun 2004, 73% pada tahun 2005,[40] 87.6% pada bulan Juli 2008,[41] dan mencapai puncaknya saat menyentuh angka 94% di bulan Agustus 2009.[42] Produksi kumulatif dari seluruh mobil dan truk ringan berbahan bakar fleksibel mencapai angka 10 juta unit pada bulan Maret 2010.[43][44] Pengadopsian yang luar biasa cepat dan sukses secara komersial membuat kendaraan berbahan bakar fleksibel menjadi terkenal di negara ini. Ditambah lagi, karena pemerintah mewajibkan adanya pencampuran etanol dengan bensin sebesar 25% etanol darn 75% bensin, maka konsumsi etanol pun meningkat.[45][46] Level konsumsi etanol tidak pernah setinggi ini semenjak akhir 1980-an, saat puncak dari program Pró-Álcool.[45][46][47] Dari tahun 1979 sampai Desember 2010, Brasil telah mensubstitusi lebih dari 18 juta unit mobil berbahan bakar bensin murni dengan 5,7 juta unit kendaraan berbahan bakar etanol murni, hampir 12 juta kendaraan bahan bakar fleksibel, dan 515,7 ribu unit motor berbahan bakar fleksibel.[29][30][48][49] Jumlah mobil berbahan bakar etanol murni yang masih digunakan diestimasikan sekitar 2 sampai 3 juta unit.[19]
Honda CG 150 Titan Mix 2009 diluncurkan ke pasar Brasil dan menjadi motor berbahan bakar fleksibel yang pertama dijual di dunia.
Inovasi lain dari teknologi bahan bakar fleksibel di Brasil adalah pengembangan sepeda motor berbahan bakar fleksibel.[58][59] Motor berbahan bakar fleksibel ini diperkenalkan pertama kali oleh Honda pada bulan Maret 2009. Diproduksi oleh divisi Honda di Brasil yaitu Moto Honda da Amazônia, motor CG 150 Titan Mix dijual dengan harga kira-kira 2.700 dolar AS. Untuk menghindari masalah pengontakan mesin di musim dingin, tangki bensin motor ini minimal harus diisi 20% bensin ketika suhu turun di bawah 15 °C (59 °F).[60][61][62] Pada bulan September 2009, Honda mengembangkan sepeda motor berbahan bakar fleksibel keduanya yaitu Honda NXR 150 Bros Mix.[63] Sanpai bulan Desember 2010, penjualan kedua motor berbahan bakar fleksibel Honda ini telah mencapai 515.726 unit, dengan pangsa pasar sebesar 18.1% di tahun 2010.[48][49]
Produksi
Indikator ekonomi dan produksi
Produksi etanol Brasil(a)(b) (2004–2010)[1][64][65] (Dalam juta galon AS) |
||||||
---|---|---|---|---|---|---|
2004 | 2005 | 2006 | 2007 | 2008 | 2009 | 2010 |
3.989 | 4.227 | 4.491 | 5.019 | 6.472 | 6.578 | 6.922 |
Catatan: (a) 2004-06 untuk semua campuran. (b) 2007-10 hanya bahan bakar etanol.[65] |
Ada 378 pabrik etanol di seluruh dunia yang beroperasi di Brasil pada bulan Juli 2008, 126 diantaranya memproduksi etanol saja dan 252 memproduksi gula sekaligus etanol. Ada 15 pabrik tambahan lagi yang hanya memproduksi gula.[67] Semua pabrik ini mempunyai kapasitas terpasang sebesar 538 juta metrik ton tebu per tahunnya, dan ada 25 pabrik lagi yang sedang dibangun yang akan beroperasi tahun 2009 yang akan menambah kapasitas produksi 50 juta ton per tahun.[67] Satu pabrik kira-kira menghabiskan biaya 150 juta dolar AS dan membutuhkan luas lahan tebu sebesar 30.000 hektar untuk memenuhi kapasitas pabrik.[66]
Untuk musim panen 2008/09, 44% dari hasil panen tebu diolah menjadi gula, 1% menjadi minuman beralkohol, dan 55% untuk produksi etanol.[70] Etanol yang dihasilkan pada tahun 2008/2009 kira-kira sebanyak 24,9 miliar liter (6,58 miliar galon AS)[67] sampai 27,1 miliar liter (7,16 miliar galon AS),[69] dengan kebanyakan dari produksi mereka ini ditujukan untuk kebutuhan dalam negeri, dan hanya 4,2 miliar liter saja yang diekspor. Dari jumlah yang diekspor itu, 2,5 miliar liter diantaranya dikirim ke Amerika Serikat.[70] Pertumbuhan lahan tebu meningkat dari 7 juta menjadi 7,8 juta hektar dari tahun 2007 ke 2008, kebanyakan menggunakan padang rumput yang tidak terurus.[70] Pada tahun 2008 Brasil memiliki 276 juta hektar lahan subur, 72% diantaranya digunakan untuk padang rumput, 16,9% untuk tanaman, dan 2,8% diantaranya untuk tebu, berarti lahan untuk etanol ini baru 1,5% dari luas total lahan subur yang ada di negara itu.[70]
Karena gula dan etanol berasal dari tanaman yang sama dan proses industrinya pun terintegrasi, maka statistik pekerjaan di negara itu biasanya juga ditampilkan bersamaan. Pada tahun 2000 ada 642.848 pekerja yang bekerja di sektor industri ini, dan karena produksi etanol terus bertambah, pada tahun 2005 sudah ada 982.604 pekerja di ladang tebu, diantaranya 439.573 orang bekerja di ladang tebu, 439.573 pekerja di pengolahan gula, dan 128.363 pekerja di pabrik etanol.[71] Lapangan pekerjaan di bagian etanol meningkat 88,4% dari tahun 2000 sampai 2005, sedangkan lapangan pekerjaan di ladang tebu hanya meningkat 16,2% saja karena ekspansi penggunaan alat-alat mekanikal untuk meningkatkan produktivitas. Negara bagian dengan pekerja terbanyak pada tahun 2005 adalah São Paulo (39.2%), Pernambuco (15%), Alagoas (14.1%), Paraná (7%), and Minas Gerais (5.6%).[71]
Teknologi pertanian
Evolusi dari produktivitas tanaman tebu yang ditanam di Brasil antara tahun 1975 dan 2004. Sumber: Goldemberg (2008).[66]
Penelitian bioteknologi dan pengembangan genetik telah membawa pengembangan strain baru yang lebih tahan terhadap penyakit, bakteri, atau hama, juga lebih tahan terhadap gangguan perubahan lingkungan. Nantinya, hal ini bisa membawa kemajuan bagi perluasan lahan tanaman tebu di negara ini.[73][74][75] Pada tahun 2008, ada lebih dari 500 jenis varietas tebu yang ditanam di Brasil. Diantara semua varietas itu, sekitar 51 diantaranya ditemukan dalam 10 tahun terakhir ini. 4 program penelitian, 2 privat dan 2 publik, didedikasikan untuk pengembangan genetik yang lebih jauh.[74][75] Sejak pertengahan 1990-an, laboratorium bioteknologi Brasil telah mengembangkan varietas transgenik, tapi belum untuk tujuan komersial. Identifikasi dari 40.000 gen gula diselesaikan tahun 2003 dan ada beberapa grup penelitian yang memperdalam genom, masih pada tahap eksperimen, tapi hasil komersialnya diperkirakan akan selesai dalam waktu 5 tahun.[76]
Proses produksi
Sukrosa yang diesktrak dari tebu hanya mengandung 30% energi kimia yang dipunyai oleh sebuah tanaman dewasa; 35% lagi ada di daun-daun dan batangnya, yang dibuang selama panen, dan 35%nya lagi ada di material (bagasse) yang dibuang setelah proses penekanan. Kebanyakan proses pengolahan tebu di Brasil berlangsung secara terintegrasi, sehingga produksi gula, proses pengolahan etanol, dan listrik yang didapat dari produk sampingan.[66][77] Tahap-tahap produksi gula dan etanol pada skala besar diantaranya adalah penggilingan, produksi listrik, fermentasi, distilasi etanol, dan dehidrasi.Penggilingan dan penyulingan
Setelah dipanen, biasanya tebu akan diangkut dengan truk semi trailer. Setelah melalui kontrol kualitas maka tebu akan dicuci, dipotong, kemudian diparut dengan pisau. Setelah itu kemudian bahan baku ini akan diekstrak untuk memperoleh semacam jus (disebut garapa di Brasil) mengandung 10-15% sukrosa, dan bagasse, residu serat. Target utama dari proses penggilingan adalah untuk mengekstrak sukrosa dari tebu sebanyak mungkin, dan juga memproduksi bagasse dengan uap sesedikit mungkin, karena nantinya bagasse ini akan dibakar, sehingga pabrik ini nantinya akan memenuhi kebutuhan energi sendiri dan mengaliri listriknya secara mandiri.[77] Jus tebu atau garapa ini kemudian disaring dan diberi tambahan bahan kimia dan kemudian dipasteurisasi. Sebelum evaporasi, jus ini disaring lagi, dan menghasilkan vinasse, cairan yang kaya akan bahan organik. Hasil semacam sirup dari evaporasi kemudian dipresipitasi oleh kristalisasi yang nantinya akan menghasilkan campuran kristal bening dan molasses. Pemusing digunakan untuk memisahkan gula dari molasses, dan kristal akan dicuci dengan penambahan uap dan dikeringkan dengan semburan udara. Ketika pendinginan, kristal gula terpisah dari sirup.[77] Dari tahap ini, proses penyulingan gula dilanjutkan untuk memproduksi kelas gula yang berbeda-beda, molasses sendiri akan diproses untuk menghasilkan etanol.Fermentasi, distilasi, dan dehidrasi
Molasses akan diproses sehingga menjadi molasses steril yang bebas kotoran, siap untuk difermentasi. Dalam proses fermentasi gula akan berubah menjadi etanol dengan penambahan khamir. Waktu fermentasi sangatlah beragam, dari 4 sampai 12 jam dan akan menghasilkan cairan yang mengandung alkohol 5-7% dari total volume (°GL), disebut sebagai wine fermentasi. Khamir kemudian dipisahkan dari wine menggunakan pemusing. Setelah dilakukan pemanasan, nanti hasilnya berupa etanol hidrat dengan konsentrasi etanol sekitar 96%. Konsentrasi ini merupakan konsentrasi tertinggi yang bisa diperolej melalui distilasi azeotropik,[77] kandungan airnya sendiri bisa mencapai angka 4,9% dari volume.[78] Etanol hidrat ini hanya boleh digunakan pada kendaraan berbahan bakar etanol saja atau yang fleksibel. Proses ini biasanya akan diteruskan yaitu proses dehidrasi. Proses ini biasanya dilakukan dengan penambahan zat kimia, sehingga konsentrasi etanol bisa naik sampai 99% dan disebut etanol anhidrat.[77] Etanol anhidrat ini baru bisa digunakan sebagai bahan bakar campuran bensin.[17]Ekspor
berdasarkan negara dan kawasan (2005–2007)[79][80][81][82] (Juta liter) |
||||||
---|---|---|---|---|---|---|
Negara/kawasan(1) | 2007 | % | 2006 | % | 2005 | % |
932.75 | 26.4 | 1,777.43 | 51.9 | 270.97 | 10.5 | |
910.29 | 25.8 | 530.55 | 15.5 | 554.15 | 21.4 | |
308.97 | 131.54 | 133.39 | ||||
224.40 | 181.14 | 157.85 | ||||
170.37 | 91.26 | 126.69 | ||||
158.87 | 71.58 | 36.12 | ||||
42.21 | 50.24 | 100.10 | ||||
Uni Eropa | 1,004.17 | 28.4 | 587.31 | 17.1 | 530.73 | 20.5 |
808.56 | 346.61 | 259.40 | ||||
116.47 | 204.61 | 245.89 | ||||
364.00 | 10.3 | 225.40 | 6.6 | 315.39 | 12.2 | |
122.88 | 42.68 | 118.44 | ||||
66.69 | 92.27 | 216.36 | ||||
0 | 10.07 | 410.76 | 15.8 | |||
3,532.67 | 100 | 3,426.86 | 100 | 2,592.29 | 100 | |
Catatan: (1)Hanya negara dengan impor lebih dari 100.000 liter saja yang ditampilkan disini. (2)Termasuk dengan ekspor ke Puerto Riko dan Kepulauan Virgin Amerika Serikat. (3) Termasuk Meksiko yang berdagang dengan A.S. dengan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). |
Negara-negara di kawasan Cekungan Karibia banyak mengimpor etanol dari Brasil, tapi tidak banyak yang ditujukan untuk dipakai sendiri. Negara-negara ini memproses ulang produk tersebut, biasanya dengan mengubah etanol hidrat dari Brasil menjadi etanol anhidrat, lalu kemudian mengekspornya kembali ke Amerika Serikat. Hal ini akan meningkatkan nilai barang tersebut, juga menghindari pajak 2,5% dan tarif tambahan 0,54 dolar AS per galon, karena sudah ada perjanjian perdagangan antara Amerika Serikat dengan Karibia yaitu Caribbean Basin Initiative (CBI). Tapi, proses ini juga dibatasi oleh kuota, yaitu hanya 7% dari konsumsi etanol A.S.[83] Meskipun akhirnya ekspor langsung ke A.S. jatuh drastis di tahun 2007, tapi impor dari 4 negara CBI justru semakin melonjak, pertumbuhannya naik dari 15,5% di tahun 2006 menjadi 25,8% di tahun 2007, merepresentasikan bagaimana naiknya proses re-ekspor ke A.S. ini, yang akhirnya juga bisa mengkompensasi sebagian kehilangan ekspor ke A.S. Situasi semacam ini menimbulkan perhatian di A.S., karena mereka sedang berusaha untuk membangun kerjasama untuk meningkatkan produksi etanol di kawasan Amerika Latin dan Karibia.[84]
Amerika Serikat, yang merupakan tujuan pemasaran etanol paling besar buat Brasil, sekarang ini mengenakan tarif impor dari Brasil sebesar 0,54 dolar AS per galonnya, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi etanol dan melindungi industri etanol di negara mereka.[85] Pada sejarahnya, sebenarnya tarif 0,54 dolar ini digunakan untuk mengimbangi kredit pajak impor federal yang sudah ada, yaitu sebesar 45 sen per galonnya tidak peduli berasal dari negara mana etanol itu diimpor.[5][86][87][88] Ekspor etanol Brasil ke A.S. mencapai 1 miliar dolar AS di tahun 2006, peningkatannya sangat luar biasa mengingat di tahun 2005 nilainya hanya 98 juta dolar AS (ada peningkatan 1.020%),[89] tapi turun drastis di tahun 2007 karena produksi etanol dari jagung di Amerika meningkat tajam.[90][91] Seperti pada tabel, Amerika Serikat tetaplah tujuan impor terbesar bagi etanol Brasil, meskipun Uni Eropa dan negara-negara CBI juga sudah mengimpor dengan jumlah yang hampir sama.[79][81]
Harga dan efeknya pada konsumsi minyak bumi
Variasi produksi etanol di Brasil berdasarkan kawasan dari tahun panen 1990/91 sampai 2006/07.[68] Hijau muda adalah produksi negara bagian São Paulo.
Karena bahan bakar etanol memiliki kandungan energi yang lebih rendah, maka kendaraan bahan bakar fleksibel yang memakai bahan bakar ini juga hanya dapat menempuh jarak yang lebih kecil. Tapi, hal ini diimbangi dengan harga etanol yang juga lebih rendah 25-30% per galonnya dari harga bensin.[4] Maka, para konsumen di Brasil pun biasanya mendapatkan saran dari media untuk mengisi kendaraan mereka dengan bahan bakar etanol hanya ketika harga etanol lebih murah 30% dari harga bensin. Hal ini disebabkan karena harga etanol di negara it juga sangat berfluktuatif, tergantung dari hasil panen tanaman tebu tahun itu.[93][94]
Sejak tahun 2005, harga etanol di Brasil menjadi sangat kompetitif karena tidak lagi diberikan subsidi oleh pemerintah,[3] meskipun sebenarnya harga bensin juga konstan sejak pertengahan tahun 2005,[95] di waktu ketika harga minyak dunia hanya 60 dolar AS per barrel. Bensin di Brasil sebenarnya memiliki pajak yang sangat tinggi, sekitar 54%,[96] sedangkan pajak bahan bakar etanol jauh lebih rendah, hanya sekitar 12% sampai 30% tergantung dari negara bagiannya.[97] Sampai bulan Oktober 2008, harga rata-rata untuk bahan bakar bensin E25 adalah 4,39 dolar AS per galon[98] sedangkan harga rata-rata untuk etanol adalah 2,69 dolar AS per galon.[99] Perbedaan harga yang mencolok ini menyebabkan konsumsi etanol meningkat, dan di akhir Juli 2008, ketika harga minyak mentah di pasa dunia melonjak drastis dan nilai tukar real Brasil dengan dolar AS mencapai titik terendah, rata-rata harga ritel bensin di Brasil mencapai 6 dolar AS per galonnya.[96] Rasio harga bensin dengan etanol jauh di atas 30% pada periode ini di hampir semua negara bagian, kecuali di negara bagian yang jauh dari sentra produksi etanol dan di bulan-bulan ketika panen tebu sedikit. Menurut pada produsen Brasil, etanol akan tetap kompetitif di pasar Brasil ketika harga minyak mentah tidak sampai jatuh di bawah 30 dolar AS per barel.[5]
Pada tahun 2008, konsumsi seluruh bahan bakar etanol di Brasil, telah melampaui konsumsi bensin di negara itu, dengan volume sekitar 27.000 meter kubik per harinya. Di bulan Februari 2008, kombinasi antara konsumsi etanol hidrat dan etanol anhidrat telah melewati 50% konsumsi bensin yang dibutuhkan untuk menjalankan armada itu sendiri. Jumlah konsumsi etanol bulanan untuk etanol anhidrat (yang dipakai untuk bahan bakar E25) dan etanol hidrat (yang dipakai untuk E100) mencapai 1.432 miliar liter, sedangkan konsumsi bensin sendiri adalah 1.411 miliar liter.[45][46] Meskipun jika dilihat sekilas volume penjualan etanol sudah lebih besar daripada bensin, tapi jika dilihat dari energi yang dihasilkan, maka etanol hanya menyumbang 17,6% dari total konsumsi energi di negara itu, sedangkan bensin menyumbang 23,3% dan diesel menyumbangkan 49.2%.[100]
Untuk pertama kalinya sejak tahun 2003, penjualan etanol turun 8,5% pada tahun 2010 jika dibandingkan dengan tahun 2009. Total konsumsi etanol hidrat dan anhidrat di negara itu turun 2,9% sedangkan konsumsi bensin malah meningkat 17,5%. Volume total penjualan etanol pun menjadi 22,2 miliar liter, jika dibandingkan dengan konsumsi bensin yang 22,7 miliar liter. Berkurangnya konsumsi etanol hidrat ini disebabkan karena harga gula yang mahal di pasar dunia, mencapai harga tertingginya dalam 30 tahun pada tahun 2010. Tingginya harga gula ini menyebabkan pabrik-pabrik pengolahan tebu menjadi lebih banyak memproduksi gula daripada memproduksi etanol, sehingga pasokan etanol pun berkurang dan harga E100 pun meningkat, yang ujung-ujungnya harga bahan bakar etanol ini menjadi tidak kompetitif. Faktor lainnya yang berkontribusi terhadap perubahan ini adalah impor kendaraan berbahan bakar bensin yang meningkat di tahun 2010.[101][102][103]
Perbandingan dengan Amerika Serikat
Industri etanol berbasis tebu di Brasil lebih efisien daripada industri etanol berbasis jagung di Amerika Serikat. Etanol tebu memiliki nilai keseimbangan energi 7 kali lebih baik daripada etanol yang diperoleh dari jagung.[3] Pendistilasian Brasil memiliki kemampuan untuk memproduksi etanol dengan harga 22 sen per liternya, sedangkan etanol dari jagung biayanya adalah 30 sen per liter.[104] Biaya produksi etanol di Amerika Serikat lebih tinggi 30% karena amilum dari jagung harus diubah dahulu menjadi gula sebelum didistilasi menjadi alkohol.[105] Meskipun ada perbedaan harga ini, tapi Amerika Serikat tidak mengimpor etanol lebih banyak etanol lagi dari Brasil karena mereka mempunyai tarif sebesar 54 sen per galon yang sudah diberlakukan sejak 1980.[5][86][87][88]Penanaman tebu membutuhkan iklim tropis atau subtropis, dengan curah hujan minimum adalah 600 mm (24 in). Tebu merupakan salah satu tanaman pefotosintesis terefisien dari semua jenis tanaman, mereka mempunyai kemampuan untuk mengubah sampai 2% energi matahari menjadi biomassa. Produksi tebu di Amerika Serikat dilakukan di Florida, Louisiana, Hawaii, dan Texas. 3 pabrik pertama yang mengolah etanol dari bahan bakar tebu di Amerika Serikat mulai beroperasi di Louisiana pertengahan tahun 2009. Pabrik pengolahan gula di Lacassine, St. James dan Bunkie akan memeproduksi etanol dari tebu dengan menggunakan teknologi dari Kolombia sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan dari produksi etanol. 3 pabrik ini akan memproduksi 100 juta galon AS (378,5 juta liter) etanol dalam lima tahun.[106] Pada tahun 2009, 2 pabrik etanol tebu lainnya sedang dikembangkan di Kauai, Hawaii dan Imperial Valley, California.[107]
Perbandingan karakteristik antara industri etanol di Amerika Serikat dan di Brasil |
|||
---|---|---|---|
Karakteristik | Unit/keterangan | ||
Sumber tanaman | Tanaman ini merupakan tanaman utama untuk produksi etanol, di A.S. sendiri hanya 2% yang berasal dari tanaman lain selain jagung. | ||
Total produksi bahan bakar etanol (2010)[1] | Satuan dalam juta galon A.S. | ||
Total lahan subur[108] | Juta hektar. | ||
Total area yang digunakan untuk tanaman penghasil etanol (2006)[105] | Juta hektar (dari % total lahan subur).[108] | ||
Produktivitas per hektar[3][105][108][109] | Liter ethanol per hektar. Brazil 727 sampai 870 gal/acre (2006), AS 321 sampai 424 gal/acre (2003). | ||
Keseimbangan energi (produktivitas energi input)[5][12][105] | Rasio dari energi yang didapat dengan energi yang digunakan dalam memproduksi etanol. | ||
Estimasi pengurangan emisi gas rumah kaca[2][105][110] | % emisi gas rumah kaca yang berhasil dikurangi dengan menggunakan etanol. | ||
Estimasi pengurangan gas rumah kaca pada 2022 oleh EPA untuk RFS2.[111] | 61%(3) | 21% | % Rata-rata perubahan gas rumah kaca apabila menggunakan etanol jika dibandingkan dengan menggunakan bensin. |
Analisis siklus hidup intensitas karbon oleh CARB[112][113] | Gram ekuivalensi CO2 yang dilepas per MJ energi yang diproduksi, termasuk indirect land use changes.[110] | ||
Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan emisi gas rumah kaca[114] | cerrado Brasil untuk tebu dan padang rumput AS untuk jagung. Skenario perubahan penggunaan lahan oleh Fargione.[115] | ||
Jumlah kendaraan bahan bakar fleksibeldiproduksi[29][30][116] | Mobil dan truk ringan saja. Brazil per Desember 2010 (Kendaraan etanol E100 FFVs). A.S. per Desember 2009 (Kendaraan etanol E85 FFVs). | ||
Jumlah pom bensin yang tersedia | % dari total gas di negara tersebut. Brasil per Desember 2007.[117] U.S. by July 2010.[118] (170,000 total)[4] | ||
Pangsa etanol di pasar bensin[45][47][119] | % total konsumsi dalam basis volume. Brasil per April 2008. A.S. per Desember 2009. | ||
Ongkos produksi (USD/galon)[3] | 2006/2007 untuk Brasil (22¢/liter), 2004 untuk A.S. (35¢/liter). | ||
Subsidi pemerintah (dalam USD)[87][88] | A.S. sejak 1 Januari 2009 sebagai campuran kredit pajak. Produksi etanol Brasil tidak lagi disubsidi.(7) | ||
Tarif impor (dalam USD)[86] | Brazil tidak mengimpor bahan bakar etanol sejak 2002 sampai 2010. Pada tahun 2011 mengimpor dari AS.[120] A.S. melakukannya tapi jumlah impor telah menurun drastis sejak 2008. | ||
Catatan: (1) Hanya daratan A.S., diluar Alaska. (2) Mengasumsikan tidak ada perubahan penggunaan lahan.[110] (3) Estimasi untuk konsumsi A.S. dan etanol tebu yang diimpor dari Brasil. Emisi dari transportasi laut juga termasuk. Kedua estimasi termasuk dengan transportasi darat di A.S.[111] (4) Estimasi CARB untuk etanol jagung Midwestern Amerika Serikat. Intensitas karbon bensin California adalah 95.86 dicampur dengan 10% etanol.[112][113] (5) Mengasumsikan perubahan penggunaan lahan secara langsung saja.[115] (6) Karena kandungan energi per volume etanol rendah, maka bioetanol mewakili 17,6% konsumsi energi pada sektor transportasi, sedangkan bensin mewakili 23,3%.[100] (7) Produksi etanol di Brasil memang tidak lagi disubsidi, tapi bensin disana diberi pajak sangat besar dibandingkan etanol (pajak ~54%). Sampai akhir Juli 2008, ketika harga minyak mencapai titik tertinggi dan kurs Real Brasil terhadap dolar AS mencapai titik terendah, harga ritel bensin di Brasil adalah 6,00 dolar AS per galon, padahal harga bensin di AS sendiri 3,98 dolar AS per galon.[96] Kenaikan harga bensin di Brasil sebelumnya dilakukan pada akhir tahun 2005, ketika harga minyak menyentuh angka 60 dolar AS per barrel.[121] (8) Pajak impor Brasil adalah 20%[122] tapi pada tahun 2010 dipotong sementara menjadi 0% sampai tahun 2011.[123] |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar